Di lingkungan yang sangat komunal, tekanan untuk memenuhi ekspektasi keluarga dan lingkungan sosial seringkali menjadi beban berat, terutama bagi generasi muda. Mulai dari pilihan karier, waktu menikah, hingga keputusan finansial, ekspektasi ini dapat mengikis kesehatan mental dan menghambat pertumbuhan personal. Mengelola ekspektasi ini adalah keterampilan hidup yang penting.
Langkah pertama adalah membedakan antara ekspektasi yang sehat dan tidak sehat. Ekspektasi sehat adalah dukungan moral untuk mencapai potensi, sedangkan yang tidak sehat adalah tuntutan yang mengabaikan kebutuhan dan nilai pribadi. Mengetahui batasan diri dan apa yang benar-benar diinginkan adalah fondasi untuk berdiri tegak.
Komunikasi asertif adalah kuncinya. Bukan berarti menolak mentah-mentah, tetapi menyampaikan keputusan dan alasan pribadi dengan tenang dan penuh rasa hormat. Misalnya, menjelaskan bahwa pilihan karier tertentu akan memberikan kebahagiaan dan stabilitas, meskipun berbeda dari yang diharapkan oleh keluarga.
Proses ini memerlukan keberanian untuk mengecewakan beberapa orang demi kebahagiaan diri sendiri. Pada akhirnya, kualitas hidup dan kedamaian batin sangat ditentukan oleh sejauh mana seseorang hidup sesuai dengan nilai-nilai intrinsik mereka, bukan skenario hidup yang dituliskan oleh orang lain.
Intisari: Mengelola ekspektasi keluarga dan sosial sangat penting untuk kesehatan mental; Hal ini dilakukan dengan membedakan ekspektasi sehat dan tidak sehat serta menggunakan komunikasi asertif untuk menyampaikan keputusan pribadi secara tenang dan berani mengecewakan orang lain demi kebahagiaan diri sendiri.

