Lahan pertanian semakin berkurang, sementara populasi dunia terus bertambah. Solusi kreatif muncul lewat urban farming, yakni mengubah gedung pencakar langit menjadi ladang pangan modern.
Teknologi hidroponik, aeroponik, hingga lampu LED khusus digunakan untuk menanam sayuran di dalam ruangan. Hasilnya, produksi pangan bisa dilakukan di tengah kota tanpa tergantung lahan luas.
Keunggulannya adalah efisiensi: distribusi pangan lebih cepat, polusi transportasi berkurang, dan masyarakat bisa mengonsumsi makanan segar langsung dari kota mereka.
Singapura, Jepang, dan Belanda menjadi pionir urban farming berskala besar. Gedung-gedung mereka kini memiliki lantai khusus yang difungsikan sebagai lahan pertanian vertikal.
Namun, tantangan besar ada pada biaya listrik dan teknologi yang masih mahal. Jika tidak diimbangi energi terbarukan, urban farming bisa justru meningkatkan emisi karbon.
Meski begitu, urban farming dianggap solusi masa depan untuk kota padat penduduk.
Selain itu, tren ini juga menciptakan lapangan kerja baru di bidang pertanian modern.
Masa depan pangan mungkin tidak lagi bergantung pada sawah, melainkan pada gedung tinggi yang berdiri di jantung kota.