KAJIAN KHUSUS: Komitmen ‘Net Zero’ RI: Jual Mimpi atau Bunuh Diri?

KAJIAN KHUSUS: Komitmen ‘Net Zero’ RI: Jual Mimpi atau Bunuh Diri?

0 0
Read Time:1 Minute, 3 Second

‘Net Zero Emission’ 2060. Keren banget di panggung global. Kita ‘dielu-elukan’ sebagai negara ‘hijau’ masa depan. Tapi… tunggu dulu. Kita jujur-jujuran ya: “Yang bayar siapa?”

‘DNA’ APBN kita, ekspor kita, itu masih item-item: batu bara, CPO, nikel (yang processing-nya ‘kotor’). Kebijakan ‘Net Zero’ itu kayak ‘maksa’ kita stop ‘jualan’ barang paling laku kita. Ini bukan cuma soal lingkungan, ini soal dapur jutaan orang gak ngebul.

Idealisme ‘Hijau’ vs Realisme ‘Perut’

Ini dilema terbesar kita. Di satu sisi, investor ‘bule’ (Eropa/AS) gak mau nyentuh bisnis ‘kotor’ (ESG-nya jelek). Di sisi lain, nutup PLTU atau tambang batu bara itu = PHK massal. Ini perang antara idealisme ‘hijau’ global vs. realisme ‘perut’ lokal.

Jadi, ‘Net Zero’ itu bukan event (kejadian), tapi transisi. Dan transisi butuh duit (Just Energy Transition/JETP). Ini game baru: gimana ‘malakin’ negara maju buat bayarin ‘pensiun dini’ PLTU kita, sambil kita gaspol bangun Green Tech pakai ‘harta karun’ nikel kita.

Intisari:

  1. Komitmen ‘Net Zero’ 2060 adalah dilema besar bagi RI yang ekonominya bergantung pada komoditas ‘kotor’.
  2. Ada konflik antara tuntutan investor global (ESG) vs. realitas ekonomi & sosial (potensi PHK).
  3. ‘Net Zero’ adalah soal transisi, bukan stop mendadak.
  4. Kunci suksesnya adalah ‘Just Energy Transition’ (JETP): pendanaan dari negara maju untuk ‘pensiun’ dini energi fosil.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %