Kesehatan Mental: Krisis Global yang Terus Diabaikan

Kesehatan Mental: Krisis Global yang Terus Diabaikan

0 0
Read Time:58 Second

Isu kesehatan mental sering kali berada di bawah bayang-bayang penyakit fisik. Padahal, krisis kesehatan mental kini menjadi ancaman global yang nyata, memengaruhi produktivitas, stabilitas sosial, bahkan perekonomian dunia.

Depresi dan kecemasan meningkat pesat dalam dua dekade terakhir. WHO melaporkan lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia hidup dengan depresi, sementara angka bunuh diri terus naik, terutama di kalangan remaja dan generasi muda.

Pandemi COVID-19 memperparah situasi. Isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, dan ketidakpastian masa depan membuat jutaan orang mengalami gangguan psikologis. Namun, layanan kesehatan mental masih jauh dari cukup.

Stigma menjadi hambatan terbesar. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dianggap lemah. Di negara berkembang, minimnya tenaga profesional memperburuk kondisi, dengan rasio psikiater yang sangat rendah dibanding jumlah pasien.

Kesehatan mental juga berdampak langsung pada ekonomi. Produktivitas menurun, biaya kesehatan membengkak, dan banyak perusahaan kehilangan tenaga kerja potensial.

Beberapa negara mulai bergerak. Program konseling di sekolah, layanan digital berbasis aplikasi, hingga kampanye publik diluncurkan. Namun, upaya ini masih belum sebanding dengan skala masalah.

Jika krisis ini terus diabaikan, dunia bisa menghadapi generasi yang kehilangan potensi besar.

Kesadaran global harus berubah: kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mengabaikannya berarti mengorbankan masa depan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %