Tren 4-Day Work Week (minggu kerja empat hari) mulai diuji coba di berbagai perusahaan di Asia, sebagai bagian dari upaya mendefinisikan ulang keseimbangan kerja-hidup atau work-life balance. Konsep ini bertujuan meningkatkan produktivitas, mengurangi burnout, dan meningkatkan talent retention.
Ide ini muncul sebagai respons terhadap fenomena Quiet Quitting, di mana karyawan melakukan pekerjaan sesuai deskripsi minimal tanpa upaya ekstra. 4-Day Work Week diharapkan dapat mengembalikan motivasi dan loyalitas karyawan.
Respons perusahaan di Asia bervariasi. Beberapa startup yang fleksibel, terutama di sektor IT dan kreatif, mengadopsi model ini dengan sukses. Sementara itu, perusahaan tradisional masih berhati-hati, khawatir akan penurunan layanan pelanggan dan sulitnya mengukur produktivitas.
Keberhasilan implementasi 4-Day Work Week sangat bergantung pada teknologi digital, komunikasi yang efisien, dan budaya kerja yang kuat. Tren ini adalah indikator perubahan paradigma karir di Asia, di mana kesejahteraan pribadi semakin dihargai.
Tren 4-Day Work Week mulai diuji coba di Asia untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi burnout, sebagai respons terhadap fenomena Quiet Quitting. Keberhasilan bergantung pada teknologi dan budaya kerja yang kuat.

